Djoko Susanto, S.H.
Lingkar Keadilan, BANYUMAS - Kuasa hukum keluarga almarhumah Yetty Purwaningsih asal Cilongok, Banyumas, Djoko Susanto, S.H., menyatakan kekecewaannya terhadap pernyataan Menteri Pemberdayaan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kadir Karding.
Menteri P2MI sebelumnya menyatakan kesiapan pemerintah untuk memulangkan jenazah Yetty ke Indonesia, namun hingga saat ini belum ada realisasi.
“Kami sangat menyesalkan janji yang tidak ditepati ini. Hal ini sangat melukai hati rakyat, terutama keluarga yang sedang berduka,” ujar Djoko Susanto.
Ia berharap agar pemerintah pusat maupun Pemerintah Kabupaten Banyumas dapat mengalokasikan dana untuk membantu proses pemulangan jenazah.
Desakan dari Pemerintah Peru
Sementara itu, dari pihak Pemerintah Peru, yang diperoleh melalui melalui staf Kementerian Luar Negeri Indonesia, diinformasikan bahwa mereka telah meminta keputusan segera terkait jenazah Yetty.
Beberapa poin yang disampaikan antara lain:
1. Pemerintah Peru meminta keputusan segera karena jenazah sudah terlalu lama berada di kamar jenazah.
2. Jika dalam waktu satu minggu tidak ada keputusan, Pemerintah Peru akan mengambil tindakan, seperti pemakaman, kremasi, atau menyumbangkan jenazah untuk penelitian.
3. Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Lima menyarankan agar jenazah dimakamkan secara Islam di Peru, dengan bantuan biaya dari KBRI.
4. Jika keluarga ingin membawa pulang kerangka jenazah di kemudian hari, biaya pemulangan akan tetap menjadi tanggungan keluarga.
5. Dalam minggu ini, keluarga harus memberikan keputusan serta surat pernyataan jika memilih pemakaman secara Islam di Peru.
Baca Juga: Terbukti Membawa Semangat Inovasi, Sulistyani Budiningsih SP., MP. Dilantik Kadi Wakil Rektor II UMP
Keluarga Korban Berharap Bantuan Pemerintah
Di Banyumas, duka masih menyelimuti keluarga Yetty.
Adiknya, Mursito (47), warga Desa Pageraji, Cilongok, tak kuasa menahan kesedihan karena sudah dua pekan menunggu kepastian pemulangan jenazah kakaknya.
Mursito menjelaskan bahwa Yetty telah merantau ke Peru selama 20 tahun terakhir, awalnya sebagai pekerja lalu berwirausaha di bidang kuliner.
Komunikasi dengan keluarga tetap terjalin baik, dan terakhir kali mereka berbicara melalui video call pada 31 Januari 2025, ketika Yetty mengabarkan bahwa dirinya sedang sakit.
“Terakhir kami berkomunikasi lewat video call tanggal 31 Januari. Kakak saya bilang sedang sakit di tenggorokan, tapi masih bisa beraktivitas seperti biasa,” tutur Mursito.
Baca Juga: HUT KA ke-78 Sekaligus Peringatan Hari Perhubungan Nasional Tahun 2023, PT KAI Daop 5 Laksanakan Sosialisasi Keselamatan Perlintasan Sebidang
Namun, setelah itu komunikasi terputus. Kabar duka baru diterima pada 25 Februari 2025, saat KBRI di Peru mengonfirmasi bahwa Yetty telah meninggal dunia.
Sejak saat itu, keluarga berupaya mencari bantuan dengan menghubungi Kementerian Luar Negeri di Jakarta dan KBRI di Lima, tetapi hingga kini belum ada kepastian kapan jenazah bisa dipulangkan.
“Kami sekeluarga sangat berharap pemerintah bisa membantu mempercepat pemulangan jenazah kakak saya. Semua dokumen sudah lengkap, termasuk akta kematian,” kata Mursito.
Dengan desakan dari Pemerintah Peru, keluarga Yetty kini berada dalam dilema.
Mereka berharap pemerintah Indonesia segera mengambil langkah konkret agar jenazah Yetty bisa dipulangkan dan dimakamkan di tanah kelahirannya.
Posting Komentar